• Skip to primary navigation
  • Skip to content

Masbroh

Catatan Anak Desa

  • Desa
  • Buku
  • Celoteh
  • Tokoh
  • Ihwal
  • Kontak
Home » Desa » “Bidan Delima” Itu bernama Nini Silem

“Bidan Delima” Itu bernama Nini Silem

Ditulis oleh Masbroh 8 Comments

Bersama Nini Silem, Si "Bidan Delima"
Bersama Nini Silem, Si “Bidan Delima”

Saya bersyukur menjadi orang desa.

Sebab, jauh sebelum mengenal Bidan Delima, saya sudah mengenal Dukun Bayi. Atau dalam bahasa masyarakat desaku, Dukun Bayi akrab dengan istilah Guni.

Saya, dan juga sobat generasi delapan puluhan yang berasal dari desa, tentu paham betul tentang Dukun Bayi. Bahkan, menurut ibu saya, kelahiran saya pun dibantu oleh Dukun Bayi.

Dukun Bayi, atau Guni, adalah orang yang mampu menangani sebuah proses kelahiran bayi.

Ia tidak menggunakan alat-alat atau obat-obatan moderen dalam membantu sebuah proses kelahiran.

Sebaliknya, Dukun Bayi hanya menggunakan ramuan-ramuan tradisional. Dan percaya atau tidak, Dukun Bayi juga menggunakan mantra, alias doa.

Tentang Nini Silem, Si Dukun Bayi di Desaku

Namanya Silem.

Saya, dan segenap penduduk desa kerap memanggilnya Nini Silem. Dukun Bayi yang telah teruji kemampuannya dalam membantu proses sebuah kelahiran.

Suatu sore, aku sengaja bertamu ke rumah Nini Silem. Saya banyak tanya perihal riwayat hidup dan profesinya sebagai Dukun Bayi.

Nini Silem lahir pada tanggal 1 Juli 1926. Sejatinya, ia lupa dengan tanggal dan tahun kelahirannya. Untungnya, saya punya catatan tentang data kelahiran Nini Silem, sesuai dengan KTP dan KK.

Hal pertama yang saya tanyakan kepada Nini Silem adalah kenapa ia menjadi Dukun Bayi. Menurutnya, menjadi Dukun Bayi bukanlah keinginannya. Melainkan, karena keturunan.

“Kalau bukan karena keturunan, mana mungkin saya bisa menjadi Dukun Bayi. Dan tidak semua keturunan bapak dan ibu saya mampu mewarisi ilmu Dukun Bayi,” kata Nini Silem.

Warisan ilmu Dukun Bayi menurutnya turun pada dirinya secara alamiah. Bapak dan ibunya Nini Silem pun tidak menunjuk anak-anaknya menjadi Dukun Bayi.

“Kalau orang jaman dulu menyebutnya wahyu. Ternyata, wahyunya turun kepada saya,” terang Nini Silem, serius.

Menurutnya, ia menjadi Dukun Bayi sejak memiliki anak pertama, dari 3 anaknya.

Ia menjelaskan, menjadi Dukun Bayi bukan perkara mudah. Ada beberapa laku prihatin yang harus ia jalani sebelum menjadi Dukun Bayi.

Kata Nini Silem, ia diminta untuk berpuasa, dan menjalankan ritual tertentu sesuai arahan dari orang tuanya.

“Ilmu itu harus dijaga. Ilmu baik bisa menjadi buruk, tergantung dari polah hidup pemiliknya. Ritual-ritual itu, menurut orang tua agar saya tidak sombong dan menggunakan ilmu secara sembarangan,” paparnya.

Menangani Ratusan Kelahiran

Seingat Nenek yang sudah berumur 92 tahun tersebut, selama menjadi Dukun Bayi, ia sudah menangani ratusan pasien yang melahirkan.

Anehnya, semua proses kelahiran yang ia bantu berjalan lancar, dan belum pernah mengalami kasus kematian.

“Hidup dan mati bukan saya yang menentukan. Tapi, selama saya menangani proses kelahiran, semuanya selamat. Ibu dan anaknya selamat dan sehat. Bahkan sudah ada yang jadi pejabat,” aku Nini Silem.

Dalam menangani proses kelahiran, ia tidak begitu saja membantunya. Selama proses kelahiran, kata Nini Silem, ia terus meramalkan doa dalam bahasa Jawa.

Ia sempat mengucapkan doanya kepada saya. Namun, saya lupa. Sebab ia begitu cepat meramalkan doanya.

Setelah bayi lahir, lanjut Nini Silem, ia merawatnya hingga 40 hari. Selama 40 hari tersebut, ia juga merawat si Ibu bayi.

Jika sudah 40 hari, maka semua keadaan fisik si Ibu akan kembali seperti sediakala. Dan pada hari terakhir, biasanya Nini Silem meminta keluarga pasien untuk syukuran ala kadarnya.

Nini Silem yang Dilupakan Sejarah

Sobat yang lahir di era milenial, tentu menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Nini Silem adalah kuno dan ketinggalam zaman.

Namun, bagi saya, yang juga dibantu oleh Dukun Bayi ketika lahir di dunia, apa yang dilakukan oleh Nini Silem, jauh melampaui Bidan.

Bayangkan, Nini Silem hanya menggunakan ramuan-ramuan tradisional. Namun, ia terbukti mampu membantu menangani proses kelahiran.

Selain itu, ritual (saya lebih suka menyebutnya laku spiritual) yang dilakukan Nini Silem, adalah bukti bahwa betapa seorang Dukun Bayi tidak mengabaikan keberadaan Yang Maha Kuasa.

Terlepas dari kuno atau modern, Nini Silem telah berbuat sesuatu dibidang kesehatan manusia. Dan ia terbukti melakukannya.

Hanya saja, ketika zaman kian modern, ia sudah mulai dilupakan. Tenaganya sudah kalah dengan tenaga modern seperti bidan dan dokter.

Ia semakin dilupakan sejarah. Dan bisa jadi, beberapa generasi mendatang akan mengingat kisah Nini Silem hanya sebagai dongeng.

“Sehat selalu ya, Ni?” kata saya mengakhiri perbincangan.

Sepanjang perjalanan pulang, saya terus membatin; “Semoga aku tidak melupakan sejarah Nini Silem,”.

Tabik…

About Masbroh

Tuan Rumah Masbroh.ID.Anak Desa.
Penggemar Kopi Hitam.

Reader Interactions

Mereka Yang Berkomentar

  1. Rifqy Faiza Rahman berkomentar

    February 6, 2019 at 3:10 pm

    Apakah sang nenek sudah memiliki penerusnya? Untuk menurunkan kemampuan dukun bayinya?

    Reply
    • Masbroh berkomentar

      February 6, 2019 at 4:20 pm

      Sayangnya tidak ada keturunannya yang mewarisi ilmu Nini Silem. Namun, ada salah satu muridnya yang kini juga masih menjadi dukun bayi. Hanya, ia tinggal di luar desa.

      Reply
  2. Tuteh berkomentar

    February 7, 2019 at 5:10 am

    Nini Silem yang luar biasa! Betul, ‘wahyu’ keturunan/bakat itu tidak turun ke sembarang orang. Salah satunya Mimi Rasinah (almarhum) yang wahyunya diturunkan ke cucunya si Aerli, bukan ke anaknya. Seperti: orang terpilih begitu. Bidan bayi, guni, di sini disebut lurus-lurus dukun beranak. Saya pernah bikin video nih Mas Broh, tentang Mama Dukun di tengah isu kesehatan dimana ibu melahirkan dan bayi seharusnya di Puskesmas (waktu itu di Desa Liselowobora, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende). Si Mama Dukun bilang; memang sudah zamannya begini, untungnya dia masih dipakai beberapa keluarga untuk menemani si ibu di puskesmas, setelah itu tugasnya selesai. Rupiah yang dikumpulkan pun tidak seperti dulu …

    Reply
    • Masbroh berkomentar

      February 10, 2019 at 5:29 pm

      Hanya saja, semoga kita tetap menjadi bagian saksi sejarah bahwa memang Dukun Bayi itu pernah ada. Kan, Mba?

      Reply
  3. Zizy Damanik berkomentar

    February 13, 2019 at 12:49 am

    Terharu bacanya. Semoga Nini Silem mendapatkan banyak balasan yang baik atas bantuannya selama ini.

    Tak mudah jadi dukun bayi, itu keahlian khusus yang tak butuh sekolah resmi. Jaman dulu kan memang dukun bayi sangat dibutuhkan karena akses kesehatan ke daerah-daerah terpencil belum lancar. Belakangan, para dukun bayi dilatih juga agar bisa membantu bidan di puskesmas, biar terpakai juga ilmunya yang sudah menangani ratusan kelahiran.
    Sekarang, boleh juga kalau dibuatkan program dukun bayi, tapi tetap bersertifikat. Intinya, secara kearifan lokal tetap terjaga titel itu, tapi juga tidak menyalahi standar. Cuma ide, ya. Semoga saja terdengar oleh yang berkepentingan. 🙂

    Reply
    • Masbroh berkomentar

      February 13, 2019 at 6:42 pm

      Ide bagus Mba? Cuma memang rata-rata dukun bayi sudah sepuh, alias sudah tua. Jadi kalau dipakai pun kebanyakan hanya pasca kelahiran. Begitu?

      Reply
  4. Siti hairul berkomentar

    February 13, 2019 at 3:39 am

    Di Jogja sekarang kebanyakan dukun bayi udah ga bantuin orang lahiran. Beralih jadi tukang pijat bayi dan merawat bayi dan ibu habis lahiran.
    Dan saya suka dg bantuan para dukun bayi ini. Membantu banget kalo habis ibu lahiran. Mandiin bayi, ngajari mbedong, sekalian mijetin ibunya.

    Reply
    • Masbroh berkomentar

      February 13, 2019 at 6:41 pm

      Oh iya Mba Siti? Nini Silem pun sama. Sekarang hanya menangani pasca kelahiran. Iya itu, enaknya, kata istri pas lagi mijit. Hihi…

      Reply

Penting:Hindari Spam Ya Broh?.

Tinggalkan Jejakmu Broh? Cancel reply

Masbroh sangat menjaga dan menghormati privasi emailmu Broh?.

Makasih komennya Broh!

Copyright © 2019 · Masbroh

  • Twitter
  • Instagram